"Aku sayang bangeeed sama kamu pake d!"
"Aku juga sayaaaaang bangedd sama
kamu pake d kuadrat!"
Dia mencium keningku. Ya....aku memang
sangat beruntung memiliki seorang kekasih pemain basket, bukan cuma tampan
parasnya tetapi juga hatinya. Dia adalah seorang pria idaman banyak wanita di
sekolahku. Panggil saja Eza.
Aku dan eza sudah
menjalin kisah asmara selama kurang lebih 3 tahun 2 bulan. Sore itu Eza mengajakku tanding basket di
lapangan dekat komplek rumah kami. Aku gini-gini jago juga lho main basketnya.
Maklum saja pacarku kan anak basket jadi mau tidak mau aku pasti kena imbasnya.
"Din! Tangkep!" *bruuuk*.
Bola basket berwarna orange itu tepat menghantam keningku. Aku kehilangan
keseimbangan, semua hitam, gelap, hanya ada suara Eza yang panik karna aku
tiba-tiba ambruk.
"Dinda sayang....bangun dong, aku
khawatir banget nih sama kamu. Nanti kalau kamu udah sadar aku traktir es krim
sama susu stroberi yang buanyakkk deh!"
Suara Eza yang super macho itu
menghantam telingaku, membuat aku terbangun dari tidur lama ini.
"Din! Lo udah bangun?! Gila lo
kita semua panik tau gak! Lo koma hampir 5 hari. Lo kemana aja din?!"
"Sayang, kamu udah sadar? Mamah
sama papah dan Reno panik banget. Reno bilang katanya mba Dinda tiba tiba jatuh
pingsan pas main basket sendiri di lapangan. Dinda kenapa?"
"Mba Dinda kemana aja? Tidur kok
lama banget. Reno sedih Mba.."
Semua pertanyaan
terjun dari mulut mereka yang mengelilingi kasurku. Ini di rumah sakit. Aku
bingung, aku benar-benar pusing sekarang. Dimana Ezaku? Dimana dia? Tadi aku
mendengar suaranya. Kenapa dia hilang? Kenapa dia tidak ikut menjengukku? Aku
teringat akan sesuatu. Air mata pun sudah terjun bebas di kedua pipiku.
Za....kenapa penyakit itu harus ada di
kamu sih? Kenapa harus Ezaku ya Allah? Aku benar-benar merindukannya...
0 comments:
Post a Comment